Jumat, 28 September 2012

aku hanya tidak mengerti (⌣̩_⌣ )

Malam yang sangat begitu dingin, di sudut kota terlihat dua gadis yg tidak begitu cantik tetapi dua gadis itu begitu menarik.
Dua gadis itu berbincang-bincang di bawah pepohonan yang sangat rindang, di sekitar tempat mereka berada, terlihat di sepanjang sudut kota penuh dengan lampu yang hanya bercahaya dan memiliki cahaya yang sifatnnya hanya sementara dan dikatakan tidak sama seperti bintang.

Bintang selalu bercahaya, tetapi ketika terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari, bintang tidak terlihat karena cahaya matahari mengalahkan sinar bintang tersebut, 

“Apa kau melihat bintang?” tanya Drizzle sambil menunjuk bintang yang paling bercahaya.
“Tentu aku melihatnya, jika aku tidak melihatnya itu sangat konyol bagiku” jawab Swift ketus
“Jika aku menjadi bintang, apa kau yang akan mengalahkan cahayaku?” tanya Drizzle yang seakan-akan kelak ia akan menjadi bintang dan mengambil posisi di hamparan langit.
 “Tentu saja, sangat bodoh bagiku jika aku tidak mengalahkanmu!” jawab Swift dengan keyakinan yang sangat matang
Dua gadis itu kembali terdiam dan mereka hanya menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit, tidak tau apa yang sedang mereka pikirkan .
“ Jadilah dirimu sendiri,” kata Swift tiba-tiba, seakan itu mudah di lakukan.
“Itu tidak mudah. Selamanya” jawab Drizzle, tetapi matanya terus saja menatap bintang-bintang tersebut. “Itu sangat mudah bagiku” Swift mulai berjalan pergi. “Tetapi tidak bagiku,” kata Drizzle, lalu Swift berbalik pada Drizzle dan berbisik “ Kau pasti bisa !”

Angin berhembus, lampu-lampu terang berkilau putih, menyilaukan mata Drizzle, dengan pusing, Drizzle meraih tangan Swift.
 “Apa kau akan meninggalkanku disini?” tanya Drizzle.
Tanpa berhenti untuk berfikir, Swift melangkah mundur ke arah Drizzle “Kau bisa menjadiri dirimu sendiri, untuk mencapainya kau perlu pengorbanan” bisik Swift seakan itu bakal membuat Drizzle merasa lebih baik.

Sinar lampu menyapu sudut kota, bersinar di tengah malam yang gelap,
“Beri aku satu alasan bagus kenapa aku harus menjadi diriku sendiri, dan apa yang kau maksud, untuk menjadi diri sendiri harus perlu pengorbanan? Aaah itu sangat konyol sekali “ kata Drizzle,
Lalu Swift berbaring diam di atas rumput, merasakan tanah yang berada di bawah rumput tersebut tidak rata dan rumputnya menusuk badan Swift, tetapi sangat begitu nyaman baginya.
“Beri aku satu jawaban, kenapa?” Drizzle memulai lagi, tapi Swift hanya tediam saja.
Dan Drizzle sangat lelah sehingga dia mengikuti apa yang dilakukan Swift.
Mereka berbaring dalam keheningan selama beberapa menit.
“Apa sebabnya kau mengatakan hidup perlu pengorbanan?” tanya Drizzle seakan dia menjadi pembukan dalam suatu naskah
“Sudahlah, jadilah dirimu sendiri, kau tidak perlumenjadi bintang, kau adalah Drizzle, bintang adalah bintang , bintang itu hanya terlihat malam hari seperti saat ini. Apa kau mau hanya terlihat mlam hari saja?” kata Swift. Mulut Drizzle tidak bisa berkata-kata seakan jari-jari tangannya membungkam multnya.
“ Apa kau mau mengalahkanku seperti layaknya matahari? Apa kau tidak mau bersamaku lagi? Sepertinya kau menginginkan dunia kita berbeda, aku berada di dunia siang dan kau berada di dunia malam. Apa itu yang kau inginkan?” lanjut Swift lagi seakan seorang dosen yang memberi pertanyaan dan penjelasan yang sangat panjang.
“ Bukan seperti itu maksud aku, tapi aku hanya ingin menjadi bintang di angkasa agar dapat menghiasi langi-langit di angakas dan kau dapa melihat betapa indahnya dunia ini” jelas Drizzle.
“ Sudah ku katakan jadilah dirimu sendiri, be your self!” kata Swift kesal, sepertinya amarah Swift mulai memuncak.
“ Be your self? Hmmm . oh ya dan apa maksudmu hidup itu perlu pengorbanan, aku hanya tidak mengerti ?” tanya Drizzle dengan penuh penasaran dan rasa ingin tahunya memuncak .
“Jelas hidup itu perlu pengorbanan, kau harus mengorbankan suatu keinginanmu, keinginan menjadi bintang. Dan ingat kau adalah seorang Drizzle, gadis pendek, tidak begitu cantik, dan keras kepala!” jelas Swift. “Apa yang kau katakan? Aku tidak seperti itu Swift. Aku ingin bertanya kepadamu Jika hidup perlu pengorbanan, apa kau mau megorbankan kakimu ketika kau melihat gadis yang hanya memiliki satu kaki?” tanya Drizzle seakan dia menggertak Swift.
“Tidak, aku tidak akan mengorbankan kakiku, banyak hal yang dapat aku korbankan atau aku lakukan untuk gadis itu” jawab Swift sangat menyakinkan. “Dan apa yang akan kau lakukan?” tanya Drizzle dengan sangat penasaran.
Swift pun beranjak dari tidurnya dan ia berjalan bersandar yang berada di sudut kota tersebut.
“Aku akan melakukan hal-hal yang penting,aku akan melakukan hal-hal yang sama seperti apa yang aku lakukan hari ni kepadamu,” jawab Swift.
 “aaaah, aku tidak mengerti apa yang kau katakan” jelas Drizzle.
 “Apa kau masih belum mengerti juga, kau harus menjadi dirimu sendiri, kau tidak perlu menjadi bintang, dan aku juga, aku tidak perlu menjadi matahari, kita adalah sahabat Drizzle, tidak mungkin dunia kita berbeda, korbankanlah keinginanmu yang ingin mengambil posisi di angaksa untuk menjadi bintang. Ingat kau hanya seorang Drizzle, kau dilahirkan sebagai Drizzle, bukan sebagai bintang, kedudukanmu tetap seorang Drizzle. Ingat itu !! “ jelas Swift, kata-kata Swift tersebut sangat menghentakkan batin Drizzle.

Cahaya bintang itu sepertinya telah merasuki Drizzle. Saat itu Swist dan Drizzle hanya terdiam, seolah-olah di tempat itu tidak ada seseorang dan mereka pun kembali berbaring di teempat yang sama.
Udara dingin di malam hari sepertinya tidak akan mengundang Drizzle dan Swift untuk bergegas pulang. Lampu-lampu yang ada di sudut kota itu memang begitu menyilaukan dan mengundang tangan Drizzle dan Swift untuk melindungi mata mereka.
Waktu berjalan. Drizzle dan Swift pun tertidur pulas.
Angin dingin bertiup di wajah Drizzle dan Swift.
Perubahan terjadi dengan lambat seperti evolusi.
Swift pun terbangun dari tidurnya, karena cahaya matahari menyilaukan matanya.
Segera ia menatap sahabatnya Drizzle, “Kau sungguh bodoh, jika kau menjadi bintang, apa mungkin saat ini aku akan melihatmu, dan apabila ketika malam, hari ini aku melihatmu dan ketika kau terjatuh layaknya seperti bintang jatuh, apa aku masih bisa melihatmu? Aku tidak menyiksa diri dengan prtanyaan-pertanyaan yang mungkin enggak akan pernah kudapatkan jawabannya, tahu bahwa tidak ada yang hitam dan putih, mengingat bahwa seluruh hidupku berdasarkan definisi adalah sedikit abu-abu” kata Swift pelan.
“Aku mengerti” kata Drizzle tiba-tiba seakan Drizzle ingin mengejutkan Swift.
“Kau sudah terbangun dari tidurmu?” tanya Swift
“Apa kau tidak bisa melihat?” jawab Drizzle simpel, “maaf” kata Swist pelan.
“Sebenarnya aku sudah lama terbangun, tetapi karena cahaya matahari sangat menyilaukan mataku, jadi mataku sangat susah untuk terbuka,” jawab Drizzle.
Suasana hening kembali, tidak ada suara-suara yang mengganggu belalang-belalang yang sedang beraktifitas di alam tersebut.
Dengan tiba-tiba dan suara lantang Drizzle mengejutkan Swift  “Swift aku telah mengerti maksud yang kau katakan !!”, “Hey kau ini buat aku terkejut saja” kata Swift agak sedikit kesal.
“Mmemang hari ini tidak ada bintang, dan pada malam hari memana ada bintang, tetapi jika jatuh bintang itu tidak akan muncul lagi, dan seseorang tidak akan meliha bintang itu lagi,” jelas Drizzle.
“Itu namanya bukan mengerti tetapi kau hanya mengulang kata-kataku lagi” kata Swift kesal.
“Ya seperti yang kau katakan, hidup perlu pengorbanan, dan aku akan tetap menjadi bintang...” kata Drizzle dengan nada agak becanda
“Dan kau mengorbankan aku? Benarkah itu?!” potong Swift Dengan senyum tipis
“Ia itu sangat jelas” “Apa yang kau katakan, aku sungguh tidak mengerti?” tanya Swift heran,
“Hey Swift tenang, tenang saja, apa kau tidak melihatku? Aku sedang bercanda. Tidak mungkin aku mengorbankan kau, hey tapi ingat aku tidak akan berpijak pada kata hidup perlu pengorbanan, tetapi aku akan tetap menjadi diriku sendiri, kau tidak usah khawatir, aku akan tetap berada disisimu” jelas Drizzle.
Kata-kata itu telah menghipnotis Swift seakan-akan Swift tidak sadar apa yang telah dikatakan sahabatnya kepanya, “Apa kau serius?”
“Ia, aku sangat serius,” kata Drizzle tersenyum lepas,
“Kau terlihat dewasa Drizzle, aku sangat menyukaimu. Matahari semakin terik, mari kita bergegas pulang, apa kau mau ikut berjalan denganku?” Tanya Swift sambil mengulurkan tangannya ke Drizzle,
“Jelas aku mau, seperti yang kau tau kita adalah sahabat, dan tidak bingung lagi, rumahku tepat berada diposisi depan rumahmu. Hahaha !”
“hahhaha, kau ini bisa saja” balas Swift dengan tawa lepas.

Dua gadis itupun berjalan pulang disertai dengan tiupan angin yang sepoi-sepoi. Banyak rahasia-rahasia dalam dunia Drizzle dan Swift dan ketika masa depan datang, enggak peduli apa yang akan mereka lakukan, Drizzle dan Swift akan menjadi lebih pintar untuk menjadi dirinya sendiri.



Karya : Erwita Cristiani br ButarButar (original)