Senin, 15 Oktober 2012

I can (not) hear (tugas bahasa Indonesia)

I can (not) hear tak hanya menceritakan tentang Perjalanan Seorang Anak Tuna Rungu Menuju Dunia Mendengar tetapi juga menceritakan bagaimana perjuangan keluarga Johnwei dan San menerima kenyataan bahwa putrinya yang cantik bernama Gwendoliyne atau yang biasa dipanggil Gwen terlahir dalam keadaan Tuna Rungu dan membimbingnya menuju dunia yang sama dengan anak normal lainnya.

Kisah ini dimulai ketika 10 tahun yang lalu pasangan keluarga John dikaruniai seorang putri cantik bernama Gwendolyne. Gwen terlahir dengan keadaan fisik luar yang normal seperti layaknya bayi umumnya namun sayangnya sejak lahir ia menderita tuna rungu. Gwen hidup dalam dunia yang sunyi senyap sementara di sekelilingnya dunia tampak warna-warni.
Saat Gwen berumur 1 bulan,  San merasa mulai curiga dengan telinganya berbau padahal tidak ada kotoran. Dan ketika ada suara keras, gwen tidak respon. Ibu mulai memutuskan membawa anaknya berobat  ke Hongkong. Ternyata dokter memberitahu bahwa kecurigaan ibu benar bahwa anak mengakami masalah pendengaran. Namun Seperti layaknya seseorang yang begitu terhempas, mendapati putrinya tak seperti yang lain, terutama San sebagai sang ibu, sangat kelihatan jelas bahwa awalnya ia sangat sibuk mencari pembenaran akan kesalahan diagnosa fakta yang ia hadapi bahwa Gwen menderita tuna rungu

San, sibuk ke sana kemari mencari apa penyebab kenapa sampai Gwen menderita ketulian. Setiap dokter yang dia tanya, selalu ia berharap dengan adanya kalimat “ Putri anda tidak apa-apa,dia akan segera sembuh dan normal”

Tapi sejauh apapun melangkah dan bertanya, San tak pernah menemukan jawaban yang lebih baik. Ia tak putus asa, walaupun awalnya ia hampir menyerah saat Dr. Kwong mengatakan dengan kasar kepadanya :
“ Lihat kan? Saya sudah bilang, tidak ada gunanya melakukan tes lain lagi. Hasilnya akan sama saja! Anakmu itu TULI. Paham? Dia TULI!!!

Yang harus anda pikirkan adalah apa yang harus anda lakukan selanjutnya. Kalo anda terus bertanya kenapa ini bisa terjadi, APA HASILNYA? Apakah itu bisa menolong anda? Apakah bisa menolong anak anda? Memikirkan masa lalu, bertanya-tanya’kenapa’ itu akan menyembuhkan ketulian bayi Anda?”

Walaupun kata-kata itu amat kasar dan menyakitkan, tak urung mampu membangkitkan kesadaran San untuk melakukan tindakan segera bangkit menghadapi kenyataan dan kemudian mengambil tindakan.

Saat berusia 1,5 tahun Gwen menjalani operasi cochlear implant, yaitu suatu operasi pemasangan chip atau elektroda di ruang siput telinga bagian dalam agar ia mampu menangkap sinyal suara dari luar yang di kirimkan oleh suatu alat.

Pemasangan Cochlear implant tak serta merta membuat Gwen bisa mendengar seperti anak yang lain. Perlu latihan yang terus menerus untuk membuatnya mengerti dan mengenali frekwensi suara yang dihasilkan oleh bunyi-bunyi dari luar.

John dan San juga tak serta merta memahami apa yang dikatakan Gwen dan juga tak serta merta memahami apa yang dimaksud Gwen. Kesal, marah dan kecewa namun orang tua Gwen tak pernah menyerah,tak pernah putus asa untuk mengajari Gwen menjadi seseorang yang mandiri. Apalagi ketika San sedang study di Sydney untuk S2 nya sedang John harus mengurusi bisnisnya di Jakarta.

Pernah suatu ketika, John memukul Gwen dengan keras karena Gwen tak mau mengenakan stockingnya saat akan diajak keluar jalan-jalan. Ia mengira Gwen sedang membandel dan mulai membangkang perintahnya, tanpa mencari penyebab yang jelas. Setelah dirunut dari awal, ternyata Gwen tak ingin menggunakan stocking karena ia ingin menunjukkan kuku cantiknya yang baru di cat.

Namun setelah tahun demi tahun dijalani keluarga Gwen, dengan masa adaptasi dan ketekunan untuk melatih kesempurnaan wicaranya, artikulasi Gwen bertambah bagus seiring dengan usianya.
Di Jakarta Gwen disekolahkan sekolah internasional. Gwen mengalami penolakan masuk sekolah itu. Orangtua ini berusaha mencari jalan lain agar diterima di  JIS . Mereka mengirim laporan verbal therapist dari Woofit preschool di Australia ke JIS. Dan akhirnya JIS memutuskan menerima Gwen dan memutuskan melakukan pengawasan selama 1 tahun. Setelah mendengar penjelasan kepala sekolah JIS, hati orangtua sangat lega. Dengan senyum lebar John (papa Gwen ) menjabat tangan dengan kepala sekolah ,” Saya akan buktikan bahwa anak saya bisa bersekolah di sini ,” ujarnya percaya diri.
Selama masa bersekolah, Gwen sadar bahwa dirinya tunarunggu  dan bertanya ibu mengapa dirinya tunarunggu dan ibu menjelaskan bahwa memakai alat bantu dengar ibaratkan memakai kacamata. Kalau tidak memakai kacamata, maka tidak bisa melihat dengan jelas.  Kadang- kadang anaknya mendapat masalah di sekolah, ibu dipanggil sekolah. Setelah mendengar penjelasan kepala sekolah, ibu dan ayah memutuskan memperbaiki sikap dan menegur anaknya agar anaknya dapat diterima di lingkungan social. Ternyata perjuangan orangtua membuahkan hasil. Anaknya bisa bersosialisasi dengan normal , dan bisa berbahasa Inggris seperti anak normal.
Yang jelas, buku ini secara detail menampilkan bahasa yang halus dan dewasa dan mampu memberikan kekuatan bagi pembacanya. Membuat pembacanya takjub dan berani mengatakan Wow! lalu mancantumkan sejuta tanda seru : Ternyata keajaiban itu selalu ada ya!!
Barangkali juga buku ini merupakan kesimpulan dari sebuah kekuatan seorang yang tak dikaruniai kelengkapan sebagai normalitas secara fisik menuju ke arah kesempurnaan secara layak, bahwa sekurang apapun kekuatan manusia jika mampu berusaha akan mampu menapaki jalan ke arah yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar