Selasa, 29 Januari 2013

Cerpen Percintaan Seorang Remaja "Penolakan"


Penolakan
Di hari yang sangat cerah dengan udara yang sangat sejuk, di sudut sekolah terlihat 3 anak remaja yang sedang berbincang-bincang di bawah pohon yang sangat rindang, disekitar tempat mereka berada terlihat siswa-siswa yang berlalu lalang. Tampak diantara siswa-siswa tersebut terlihat gadis yang berparas cantik bagaikan bidadari, bibir tipis yang berwarna merah, dan dengan rambut ikal panjang dihiasi pita berwarna putih, gadis yang sempurna.

“Apa kau melihat gadis itu?” tanya Natan penasaran sembari menatap ke arah gadis tersebut.
“Aku melihatnya, dia terlihat seperti bidadari diantara lusuhnya keramaian” kata Dafa dengan penuh seksama memandangi gadis tersebut.
“Aku menyukainya, aku sudah lama menyukainya. Dia begitu sempurna di dunia ini” kata Natan dengan mata yang tak berhenti menyoroti gadis itu. Gadis itu bernama Drizzle, gadis idaman setia lelaki di sekolah.
“Kenapa kau tidak langsung menghampirinya dan berkata i love you kepanya? Apa kau takut? Apa mungkin statusmu sebagai lelaki hilang? Tanya Jimmy tanpa henti seperti kereta api yang melaju kencang tanpa persinggahan di suatu terminal mana pun.
“Kau kira segampang membalikan telapak tangan. Aku tahu target sudah di depan mata, jadi kau tidak usah mengajariku . Aku hanya ragu, itu saja” jawab Natan agak kesal dan langsung beranjak pergi meninggalkan Dafa dan Jimmy.

Natan segera menuju ke tempat lain untuk mengasingkan diri dari teman-temannya.
Saat Natan sedang menatap langit, Drizzle melihat Natan yang sedang asyik melihat lagit seakan-akan matanya mengajak langit berbicara.
“Hai Natan apa yang kau lakukan sendiri disini? Tanya Drizzle tiba-tiba dan mengejutkan Natan
“A..a..aaku, aku hanya duduk dan menikmati indahnya langit di siang hari dan aku tidak sendiri” jawab Natan dengan gugup seakan-akan ia diintrogasi karena membuat kesalahan yang terbesar di dunia ini.
“Hm tapi aku melihat kau sendiri disini. Aku tidak melihat seorangpun ada disampingmu Natan. Apa kau sudah gila? Kata Drizzle dengan penuh tanya.
“Aku tidak sendiri, aku bersamamu disini. Benar bukan? Jawab Natan dengan memandang kearah Drizzle. Sorotan mata Natan membuat Drizzle menjadi gugup dan terdiam tanpa berkata-kata. Suasana menjadi hening, hanya ada terdengar suara lusuhnya keramaian dari jauh.
“Drizzle” kata Natan dengan memecahkan keheningan diantara mereka saat itu.
“Iya, ada apa?” tanya Drizzle lembut dan memberanikan menatap wajah Natan dengan sorotan mata penuh tanya.
“Aku sedang menyukai seseorang, aku menyukai gadis yang berparas cantik bagaikan bidadari, bibir tipis yang berwarna merah, dan dengan rambut ikal panjang bewarna hitam pekat , gadis yang sangat sempurna bagiku. Aku menginginkan dia menjadi kekasihku” kata Natan menjelaskan.
“kenapa kau hanya bisa berkata menginginkan? Apa kau tidak mencoba untuk mengakui jika kau menyukai gadis itu? Tanya Drizzle
“Aku ragu, aku takut. Aku nggak tau seperti apa aku dalam pandangannya” kata Natan
“Apa yang kau takutki? Tanya Drizze lagi
“Aku..” Teng..teng..teng. Lonceng sekolah membuat perkataan Natan terhenti
Drizzle pun segera beranjak pergi meninggalkan Natan “Aku akan segera ke kelas karena lonceng sudah berbunyi” Drizzle pun pergi meninggalkan Natan sendiri. Natan hanya melihat Drizzle beranjak dari tempat persinggahannya. Dari jauh sudah tak terlihat lagi dimana keberadaan Drizzle, Natan pun bergegas meninggalkan tempat tersebut disusul dengan teman-temannya bagaikan semut yang berjalan mengikuti komandonya.

Ternyata guru mata pelajaran Matematika hari ini tidak dapat hadir, dunia remaja putih abu-abu pun merdeka. Merdeka dari rumus-rumus yang sangat menyulitkan pikiran hingga membuat rambut para siswa rontok habis, membuat jaringan otak tidak beres. Suasana kelas menjadi gaduh riuh tak karuan bagaikan di pasar yang menuh dengan lumunan orang yang sedang sibuk tawar menawar  dan berteriak mengobral jualan mereka. Beda halnya dengan Natan, di dalam suasana kelas yang gaduh dan riuh Natan tetap menikmati buku yang sedang dibaca oleh kedua sorotan matanya.

“Natan, apa kau tidak mau ikut bermain dengan kami?” tanya Dafa tiba-tiba
“Tidak” jawab Natan singkat dan tetap memandangi buku yang sedang dibacanya.
“Oh ya sudah, aku pergi dulu” kata Dafa dan langsung pergi meninggalkan Natan. Tiba-tiba Natan berteriak memanggil seseorang “Dafa”, Dafa pun menghentikan langkahnya dan berbalik arah menuju Natan.
“Dafa, bagaimana ini? Hatiku kacau, tidak terbayangkan apa yang akan terjadi ketika pulang sekolah nanti?” kata Natan dengan sorot mata yang sayub
“Apa yang kau pikirkan? Tanya Dafa pelan
“Aku meyukai Drizzle” kata Natan pelan sambil menundukkan kepalanya
“Apa? Kau menyukai dia? Teriak Dafa dengan dengan melirik kearah Drizzle.
“Heh jangan kau pendangi dia, nanti rencanaku bisa kacau karena ulah mu.Tapi aku takut untuk mengungkapkannya. Aku ragu akan semua yang telah aku rencanakan tadi” jelas Natan dengan nada yang tidak begitu semangat seakan-akan beban dunia ada dipundaknya.
“Apa yang akan kau rencanakan? Tanya Dafa dengan penuh penasaran.
“Aa..a..aaku, aku akan meyatakan cinta ketika pulang sekolah nanti kepada Drizzle” jawab Natandengan ragu-ragu. Sontan Dafa pun terkejut dengan hasil jawaban yang ia peroleh dari teman terbaiknya itu.
“Apa? Apa kau sudah gila? Hahah dia tidak mungkin mau dengan kau” cetus Jimmy tiba-tiba dan membuat suasana hati Natan semakin kacau. Natan tidak meyukai kehadiran Jimmy saat ini. Sontak Natan pun beranjak dari kursi dan pergi menuju taman sekolah dengan diikuti Dafa dari belakang.

“Natan, jika suasan hatimu sudah memungkinkan dan kau tidak ragu terhadapnya, aku sarankan kau harus secepat mungkin mengungkapkannya” jelas Dafa menyarankan
“Baiklah, terimakasih atas saranmu. Kau adalah teman terbaikku. Dafa aku ingin sendiri disini. Aku butuh waktu beberaa menit untuk bersiap. Apa kau sudi meninggalkan aku sendiri disini?” pinta Natan kepada Dafa. Dafa mengerti dengan suasan hati Natan, Dafa pun beranjak pergi meninggalkan Natan di taman sekolah.
Selang beberapa waktu tampak Drizzle memandangi Natan  sedang asyik menikmati suasana siang di taman sekolah dengan ditemani indahnya bunga bewarna-warni yang tertata rapi. Ingin rasanya Drizzle menghampirinya, saat kakinya melangkah, tiba-tiba lonceng sekolah berbunyi menandakan usainya proses belajar hari ini, langkahnya tertahan akibat suara lonceng kemerdekaan itu. Drizzle pun segera bergegas ke kelas untuk mengambil tas sekolahnya dan secepatnya meninggalkan ruang kelasnya.
Dari jauh Natan melihat sosok gadis yang berparas cantik bagaikan bidadari, bibir tipis yang berwarna merah, dan dengan rambut ikal panjang dihiasi pita berwarna putih sedang berjalan bergegas pulang. Cepat-cepat Natan menghampirinya dan mengajak Drizzle ke taman sekolah.

“Natan!!” teriak Jimmy sambil melambai-lambaikan tangannya untuk menandakan letak posisi Jimmy saat itu. Natan pun hanya membalas dengan senyuman tipis. Jimmy pun pergi beranjak dari tempat persinggahannya karena kode senyuman Natan tidak menerima kehadiran Jimmy saat itu.
“Ada apa kau bawa aku kesini? Tanya Drizzle.
“Aku suka dengan...” perkataan itu tidak dapat dilanjutkan Natan karena mulutnya tidak dapat diajak berkomromi saat itu.
“Kau ingin aku disini hanya untuk mendengarmu berbicara tentant semua itu?” tanya Drizzle dengan nada agakkesal
“Hmm oke, sekarang aku melihatmu sangat tidak tenang. Bicaralah secepat mungkin, siapa gadis yang kau sukai itu? Beri tahu aku agar aku bisa membantumu” tambah Drizzle dengan nada yang bermelodi tanpa ada tempo sedikitpun.
“Jika kau ingin mengetahui orang yang sedang sangat aku cintai, dia adalah kata kedua di dalam kalimat ini” jelas Natan tegas tanpa menghiraukan hatinya yang sedang ketakutan
Perkataan itu membuat Drizzle bingung bukan main. Drizzle berusaha mencari arti dari sebuah kalimat itu. Mulutnya tak berhenti berkomat kamit “Kata kedua, kata kedua dari kalimat itu, kata ke dua” Drizzle berfikir dan selang beberapa waktu “ Apa kau menyukaiku? Tanya Drizzle ragu
“Ya aku meyukaimu, apa kau mau menjadi kekasihku? Tanya Natan sambil menatap mata Drizzle, sorotan mata Natan yang tajam membuat Drizzle tidak bisa berkata-kata.
Suasan menjadi hening. Natan menunduk dan menunggu hasil jawaban dari bibir mungil Drizzle.
“Apa kau ingin menjadi kekasihku?” tanya Natan mengulanginya
“A..a..aaku, aku..” kata Drizzle dan tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi.
“Kau tidak mau menerima aku? Jika kau tidak ingin aku ada disampingmu itu tidak masalah. Aku tidak memaksa. Tapi aku mohon dengan sangat jawaban darimu, aku butuh kepastian Drizzle” kata Natan berusaha menyakinkan.
“Aku tidak bisa” kata Drizzle tiba-tiba dengan nada berbisik
Natan hanya menunduk dan terduduk lemas diatas rumput yang terbentang indah diatas tanah, jantungnya seakan berhenti berdetak, raganya melayang. Ingin rasanya hari itu tidak terjadi.”Maafin aku ya” kata Drizzle tiba-tiba.
“Hm ya . Itu keputusanmu . Aku terima. Karena aku tau cinta itu tidak harus dipaksa. Ada saat penerimaan dan penolakan akan terjadi. Saat ini aku ditolak. Dan aku menerimanya” kata Natan tersenyum.
Drizzle pun membalas senyumanya “ Kau memang lelaki yang baik, dan aku sudah menganggapmu sebagai teman terbaikku Natan” kata Drizzle berusaha membuat suasana berubah menjadi baik.
“Kau menganmbil keputusan yang terbaik, sepertinya kita lebih pantas berteman” kata Natan tersenyum
Hati Natan sudah legah karena ia sudah tau hasil jawaban dari gadis yang ia taksir selama ini.
Natan dan Drizzle pun berjalan pulang disertai dengan tiupan angin dan cahaya matahari yang terik.


Selesai


Story by : Erwita Cristiani Butar-butar
                                                                                                     XI IPS 2    











Tidak ada komentar:

Posting Komentar