Penolakan
Di hari yang sangat cerah dengan udara yang sangat
sejuk, di sudut sekolah terlihat 3 anak remaja yang sedang berbincang-bincang
di bawah pohon
yang sangat rindang, disekitar tempat mereka berada terlihat siswa-siswa yang
berlalu lalang. Tampak diantara siswa-siswa tersebut terlihat gadis yang
berparas cantik bagaikan bidadari, bibir tipis yang berwarna merah, dan dengan
rambut ikal panjang dihiasi pita berwarna putih, gadis yang sempurna.
“Apa kau melihat gadis itu?” tanya Natan penasaran
sembari menatap ke arah gadis tersebut.
“Aku melihatnya, dia terlihat seperti bidadari
diantara lusuhnya keramaian” kata Dafa dengan penuh seksama memandangi gadis
tersebut.
“Aku menyukainya, aku sudah lama menyukainya. Dia
begitu sempurna di dunia ini” kata Natan dengan mata yang tak berhenti
menyoroti gadis itu. Gadis itu bernama Drizzle, gadis idaman setia lelaki di
sekolah.
“Kenapa kau tidak langsung menghampirinya dan
berkata i love you kepanya? Apa kau
takut? Apa mungkin statusmu sebagai lelaki hilang? Tanya Jimmy tanpa henti
seperti kereta api yang melaju kencang tanpa persinggahan di suatu terminal
mana pun.
“Kau kira segampang membalikan telapak tangan. Aku
tahu target sudah di depan mata, jadi kau tidak usah mengajariku . Aku hanya
ragu, itu saja” jawab Natan agak kesal dan langsung beranjak pergi meninggalkan
Dafa dan Jimmy.
Natan segera menuju ke tempat lain untuk
mengasingkan diri dari teman-temannya.
Saat Natan sedang menatap langit, Drizzle melihat
Natan yang sedang asyik melihat lagit seakan-akan matanya mengajak langit
berbicara.
“Hai Natan apa yang kau lakukan sendiri disini?
Tanya Drizzle tiba-tiba dan mengejutkan Natan
“A..a..aaku, aku hanya duduk dan menikmati indahnya
langit di siang hari dan aku tidak sendiri” jawab Natan dengan gugup seakan-akan
ia diintrogasi karena membuat kesalahan yang terbesar di dunia ini.
“Hm tapi aku melihat kau sendiri disini. Aku tidak
melihat seorangpun ada disampingmu Natan. Apa kau sudah gila? Kata Drizzle
dengan penuh tanya.
“Aku tidak sendiri, aku bersamamu disini. Benar
bukan? Jawab Natan dengan memandang kearah Drizzle. Sorotan mata Natan membuat
Drizzle menjadi gugup dan terdiam tanpa berkata-kata. Suasana menjadi hening,
hanya ada terdengar suara lusuhnya keramaian dari jauh.
“Drizzle” kata Natan dengan memecahkan keheningan
diantara mereka saat itu.
“Iya, ada apa?” tanya Drizzle lembut dan
memberanikan menatap wajah Natan dengan sorotan mata penuh tanya.
“Aku sedang menyukai seseorang, aku menyukai gadis
yang berparas cantik bagaikan bidadari, bibir tipis yang berwarna merah, dan
dengan rambut ikal panjang bewarna hitam pekat , gadis yang sangat sempurna
bagiku. Aku menginginkan dia menjadi kekasihku” kata Natan menjelaskan.
“kenapa kau hanya bisa berkata menginginkan? Apa kau
tidak mencoba untuk mengakui jika kau menyukai gadis itu? Tanya Drizzle
“Aku ragu, aku takut. Aku nggak tau seperti apa aku
dalam pandangannya” kata Natan
“Apa yang kau takutki? Tanya Drizze lagi
“Aku..” Teng..teng..teng. Lonceng sekolah membuat
perkataan Natan terhenti
Drizzle pun segera beranjak pergi meninggalkan Natan
“Aku akan segera ke kelas karena lonceng sudah berbunyi” Drizzle pun pergi
meninggalkan Natan sendiri. Natan hanya melihat Drizzle beranjak dari tempat
persinggahannya. Dari jauh sudah tak terlihat lagi dimana keberadaan Drizzle,
Natan pun bergegas meninggalkan tempat tersebut disusul dengan teman-temannya
bagaikan semut yang berjalan mengikuti komandonya.
Ternyata guru mata pelajaran Matematika hari ini
tidak dapat hadir, dunia remaja putih abu-abu pun merdeka. Merdeka dari
rumus-rumus yang sangat menyulitkan pikiran hingga membuat rambut para siswa
rontok habis, membuat jaringan otak tidak beres. Suasana kelas menjadi gaduh
riuh tak karuan bagaikan di pasar yang menuh dengan lumunan orang yang sedang
sibuk tawar menawar dan berteriak
mengobral jualan mereka. Beda halnya dengan Natan, di dalam suasana kelas yang
gaduh dan riuh Natan tetap menikmati buku yang sedang dibaca oleh kedua sorotan
matanya.
“Natan, apa kau tidak mau ikut bermain dengan kami?”
tanya Dafa tiba-tiba
“Tidak” jawab Natan singkat dan tetap memandangi
buku yang sedang dibacanya.
“Oh ya sudah, aku pergi dulu” kata Dafa dan langsung
pergi meninggalkan Natan. Tiba-tiba Natan berteriak memanggil seseorang “Dafa”,
Dafa pun menghentikan langkahnya dan berbalik arah menuju Natan.
“Dafa, bagaimana ini? Hatiku kacau, tidak
terbayangkan apa yang akan terjadi ketika pulang sekolah nanti?” kata Natan
dengan sorot mata yang sayub
“Apa yang kau pikirkan? Tanya Dafa pelan
“Aku meyukai Drizzle” kata Natan pelan sambil
menundukkan kepalanya
“Apa? Kau menyukai dia? Teriak Dafa dengan dengan
melirik kearah Drizzle.
“Heh jangan kau pendangi dia, nanti rencanaku bisa
kacau karena ulah mu.Tapi aku takut untuk mengungkapkannya. Aku ragu akan semua
yang telah aku rencanakan tadi” jelas Natan dengan nada yang tidak begitu
semangat seakan-akan beban dunia ada dipundaknya.
“Apa yang akan kau rencanakan? Tanya Dafa dengan
penuh penasaran.
“Aa..a..aaku, aku akan meyatakan cinta ketika pulang
sekolah nanti kepada Drizzle” jawab Natandengan ragu-ragu. Sontan Dafa pun
terkejut dengan hasil jawaban yang ia peroleh dari teman terbaiknya itu.
“Apa? Apa kau sudah gila? Hahah dia tidak mungkin
mau dengan kau” cetus Jimmy tiba-tiba dan membuat suasana hati Natan semakin
kacau. Natan tidak meyukai kehadiran Jimmy saat ini. Sontak Natan pun beranjak
dari kursi dan pergi menuju taman sekolah dengan diikuti Dafa dari belakang.
“Natan, jika suasan hatimu sudah memungkinkan dan
kau tidak ragu terhadapnya, aku sarankan kau harus secepat mungkin
mengungkapkannya” jelas Dafa menyarankan
“Baiklah, terimakasih atas saranmu. Kau adalah teman
terbaikku. Dafa aku ingin sendiri disini. Aku butuh waktu beberaa menit untuk
bersiap. Apa kau sudi meninggalkan aku sendiri disini?” pinta Natan kepada
Dafa. Dafa mengerti dengan suasan hati Natan, Dafa pun beranjak pergi
meninggalkan Natan di taman sekolah.
Selang beberapa waktu tampak Drizzle memandangi
Natan sedang asyik menikmati suasana
siang di taman sekolah dengan ditemani indahnya bunga bewarna-warni yang
tertata rapi. Ingin rasanya Drizzle menghampirinya, saat kakinya melangkah,
tiba-tiba lonceng sekolah berbunyi menandakan usainya proses belajar hari ini,
langkahnya tertahan akibat suara lonceng kemerdekaan itu. Drizzle pun segera
bergegas ke kelas untuk mengambil tas sekolahnya dan secepatnya meninggalkan
ruang kelasnya.
Dari jauh Natan melihat sosok gadis yang berparas
cantik bagaikan bidadari, bibir tipis yang berwarna merah, dan dengan rambut
ikal panjang dihiasi pita berwarna putih sedang berjalan bergegas pulang.
Cepat-cepat Natan menghampirinya dan mengajak Drizzle ke taman sekolah.
“Natan!!” teriak Jimmy sambil melambai-lambaikan
tangannya untuk menandakan letak posisi Jimmy saat itu. Natan pun hanya
membalas dengan senyuman tipis. Jimmy pun pergi beranjak dari tempat
persinggahannya karena kode senyuman Natan tidak menerima kehadiran Jimmy saat
itu.
“Ada apa kau bawa aku kesini? Tanya Drizzle.
“Aku suka dengan...” perkataan itu tidak dapat
dilanjutkan Natan karena mulutnya tidak dapat diajak berkomromi saat itu.
“Kau ingin aku disini hanya untuk mendengarmu
berbicara tentant semua itu?” tanya Drizzle dengan nada agakkesal
“Hmm oke, sekarang aku melihatmu sangat tidak
tenang. Bicaralah secepat mungkin, siapa gadis yang kau sukai itu? Beri tahu
aku agar aku bisa membantumu” tambah Drizzle dengan nada yang bermelodi tanpa
ada tempo sedikitpun.
“Jika kau ingin mengetahui orang yang sedang sangat
aku cintai, dia adalah kata kedua di dalam kalimat ini” jelas Natan tegas tanpa
menghiraukan hatinya yang sedang ketakutan
Perkataan itu membuat Drizzle bingung bukan main.
Drizzle berusaha mencari arti dari sebuah kalimat itu. Mulutnya tak berhenti
berkomat kamit “Kata kedua, kata kedua dari kalimat itu, kata ke dua” Drizzle
berfikir dan selang beberapa waktu “ Apa kau menyukaiku? Tanya Drizzle ragu
“Ya aku meyukaimu, apa kau mau menjadi kekasihku?
Tanya Natan sambil menatap mata Drizzle, sorotan mata Natan yang tajam membuat
Drizzle tidak bisa berkata-kata.
Suasan menjadi hening. Natan menunduk dan menunggu
hasil jawaban dari bibir mungil Drizzle.
“Apa kau ingin menjadi kekasihku?” tanya Natan
mengulanginya
“A..a..aaku, aku..” kata Drizzle dan tidak bisa
melanjutkan perkataannya lagi.
“Kau tidak mau menerima aku? Jika kau tidak ingin
aku ada disampingmu itu tidak masalah. Aku tidak memaksa. Tapi aku mohon dengan
sangat jawaban darimu, aku butuh kepastian Drizzle” kata Natan berusaha
menyakinkan.
“Aku tidak bisa” kata Drizzle tiba-tiba dengan nada
berbisik
Natan hanya menunduk dan terduduk lemas diatas
rumput yang terbentang indah diatas tanah, jantungnya seakan berhenti berdetak,
raganya melayang. Ingin rasanya hari itu tidak terjadi.”Maafin aku ya” kata
Drizzle tiba-tiba.
“Hm ya . Itu keputusanmu . Aku terima. Karena aku
tau cinta itu tidak harus dipaksa. Ada saat penerimaan dan penolakan akan
terjadi. Saat ini aku ditolak. Dan aku menerimanya” kata Natan tersenyum.
Drizzle pun membalas senyumanya “ Kau memang lelaki
yang baik, dan aku sudah menganggapmu sebagai teman terbaikku Natan” kata
Drizzle berusaha membuat suasana berubah menjadi baik.
“Kau menganmbil keputusan yang terbaik, sepertinya
kita lebih pantas berteman” kata Natan tersenyum
Hati Natan sudah legah karena ia sudah tau hasil
jawaban dari gadis yang ia taksir selama ini.
Natan dan Drizzle pun berjalan pulang disertai
dengan tiupan angin dan cahaya matahari yang terik.
Selesai
Story by : Erwita
Cristiani Butar-butar
XI IPS 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar